Senin, 31 Agustus 2009

DETIK RAMADHAN

Detik-Detik Kesucian (4)
Sunday, 07 September 2008

Sejak dulu hingga era teknologi kini, sejarah kehidupan manusia senantiasa diiringi kecenderungan terhadap agama dan spiritualitas. Dalam berbagai keadaan, ketergantungan dan keterikatan terhadap kekuatan metafisika, senantiasa memenuhi benak manusia. Para nabi diutus Tuhan untuk menjelaskan dimensi pembangun agama agar manusia mendapatkan manfaat dari ajaran ilahi bagi pertumbuhan kesempurnaannya. Dengan bimbingan para nabi, sebagian orang mendapatkan hidayah hidup di jalan yang benar. Orang-orang yang tercerahkan, merasakan bahwa agama ilahi tidak akan melalaikan kehidupan manusia dari dimensi manapun dan membantu manusia dalam memahami lebih baik eksisitensi alam ini. Mereka memahami bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan yang Maha Tahu dan Maha Pengatur dan tiada satupun kekuatan yang bisa menandinginya.
Kecenderungan terhadap agama dan spiritual, berakar dari fitrah manusia. Para nabi sebagai guru manusia, sangat memperhatikan kecenderungan internal manusia tersebut dan mereka membimbing manusia meniti jalan keselamatan. Namun kecenderungan terhadap agama dan spiritualitas di sepanjang sejarah dan di setiap tempat tidaklah sama. Pasca Renaisans, orang-orang Barat, mengambil jarak dengan agama dan spiritulitas. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama, karena muncul dampak tragisnya berupa perang, kefasadan, dan kriminalitas. Bagi umat manusia, kesalahan tersebut ditebus dengan harga sangat mahal. Itulah petaka ketika manusia jauh dari agama. Hingga kini kita menyaksikan munculnya kembali kecenderungan manusia terhadap agama. Ketika kehidupan modern tidak mampu memenuhi kebutuhan mendalam manusia terhadap agama. Untuk itu, jumlah orang yang condong terhadap agama semakin meningkat.

Spiritualitas merupakan sebuah tuntutan fundamental bagi pertumbuhan jiwa manusia. Dalam pandangan al-Quran, manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk meningkat. Untuk itulah agama menyusun program khusus yang bisa membantu manusia mencapai kesempurnaan. Islam memiliki program yang komprehensif dan rapi yang mencakup dimensi dunia dan akhirat. Penerapan berbagai program ini, sebagian merupakan kewajiban, namun sebagian lainnya dilakukan secara sukarela. Puasa merupakan ibadah yang dalam kondisi khusus seperti bulan Ramadhan atau karena nadzar diwajibkan bagi manusia. Dalam ajaran agama, puasa sunah begitu dianjurkan. Suatu hari Rasulullah saw berkata kepada seseorang bernama Abu Amamah, beliau bersabda,"Berpuasalah, karena tiada amal yang sepadan dengannya dan tiada pahala lain yang dapat menandinginya".

Dengan menyerukan berpuasa, Allah swt membimbing manusia menuju kedudukan tinggi dan melepaskan diri dari belenggu kecenderungan hawa nafsu. Dalam budaya puasa, dengan mengabaikan sejumlah kenikmatan dan kelezatan secara temporal, manusia berupaya untuk keluar dari belenggu kebiasaan yang mencegah perjalanannya menuju kesempurnaan.

Ketenangan hati merupakan hadiah berharga puasa. Ketenangan adalah seni yang sangat berharga hingga masyarakat era modern ini rela mengeluarkan biaya yang besar untuk mendapatkannya. Ketika berpuasa, hawa nafsu terkekang dan dengan belindung kepada Allah swt,manusia akan mencapai ketenangan sejati. Oleh sebab itu, orang yang berpuasa merasakan ketenangan spiritual karena merasa dekat dengan Allah swt. Dengan dasar ini, dalam kalimat singkat nan indah Imam Baqir as berkata,

الصیام تسکین القلوب
"Puasa sumber ketenangan hati".

**********

Galibnya manusia tidak anti-spiritual. Walaupun demikian, terkadang kesulitan lahiriyah sejumlah kewajiban agama menimbulkan sikap menyepelekan pelaksanaannya. Namun hal tersebut berbeda ketika dilakukan bersama-sama sebagaimana dalam ibadah puasa. Puasa di bulan Ramadhan, seperti memasuki sebuah kota yang seluruh warganya seirama mereka berada dalam atmosfer yang dipenuhi kecintaan dalam menggapai satu tujuan. Kebersamaan dan keseiringan ini memperkuat semangat seseorang untuk menunaikan kewajibannya. Keberhasilan dalam berpuasa dengan berbagai kesulitannya seperti haus dan lapar, bisa mempersiapkan seseorang untuk menunaikan kewajiban agama lainnya. Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah menyebut puasa sebagai pintu memasuki kota penghambaan. Beliau bersabda, "Terdapat pintu untuk segala, dan pintu ibadah serta penghambaan adalah puasa"

Kurma adalah buah yang berasal dari pohon di daerah panas. Pada bulan Ramadhan, kurma merupakan salah satu menu terpenting yang tersaji pada hidangan buka puasa dan sahur kaum muslimin. Buah kurma mengandung energi dan diperkaya oleh gula natural dan fiber yang berguna bagi manusia. Riset menunjukan bahwa kurma bisa mencegah berbagai penyakit kanker seperti kanker lambung dan sistem pencernaan. Kurma membuang acid tambahan dalam lambung. Acid tambahan, menyebabkan pengasaman sehingga timbul rasa sakit. Ketika timbul rasa sakit, kurma bisa dimakan untuk meredakannya. Dokter spesialis nutrisi, Dr. Robabah Syeikh al-Islam mengatakan, konsumsi kurma pada bulan Ramadhan terutama pada saat berbuka sangat baik untuk menjamin kebutuhan gula darah selama berpuasa.

Dalam sejarah tercatat seorang bernama ‘Atha Salimi yang bekerja sebagai tukang tenun. Suatu hari ia menenun kain yang sangat indah, dengan mengerahkan segenap kemampuan dan ketelitiannya. Lalu ia membawanya ke pasar untuk dijual. Pembelinya adalah orang yang ahli dan seniman di bidang kain tenun ia pun dan menyebutkan beberapa kekurangan dari kain tenun itu. Mendengar ungkapan tersebut, Atha termenung. Di samping pembeli itu, ia bersedih dan meneteskan air matanya. Pembeli itu menyesali perkataannya dan meminta maaf kepada Atha. Kemudian Atha menjawab, "Tangisanku ini bukan karena kekurangan yang kau sebutkan dari kain tenunanku. Semula aku mengira kain yang tenunanku ini tidak memiliki kekurangan. Namun, ketika aku perlihatkan pada orang yang mahir seperti Anda, terdapat beberapa kekurangan. Saat itu, aku tidak mengerti mengapa seketika aku teringat hari kiamat. Aku menangis karena membayangkan pada hari kiamat kelak aku hadir di hadapan Allah Yang Maha Mengetahui, bagaimana nasibku kelak ? Betapa banyak aib perbuatanku yang tidak kuketahui".

Suatu hari, Allah swt berfirman kepada nabi Daud as, "Wahai Daud berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berdosa dan peringatkanlah orang-orang yang benar. Dengan rasa takjub, nabi Daud bertanya, "Bagaimana mungkin orang-orang yang berdosa kuberi kabar gembira dan orang-orang yang baik aku takut-takuti?"

Allah swt berfirman, "Wahai Daud, sampaikan kepada orang-orang yang berdosa bahwa aku menerima taubatnya. Berilah peringatan kepada orang-orang benar agar memperhatikan tingkah lakunya, jangan sampai mereka congkak atas perbuatan (baik) yang dilakukannya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar