Rabu, 05 Agustus 2009

Tahukah Anda

Seberapa Besar Kekayaan Sulaiman Al Fahim?

Jumat, 12/06/2009 14:23 WIB Cetak | Kirim | RSS

Sepakbola Eropa baru saja tutup buku beberapa pekan yang lalu. Kini yang ramai adalah bursa transfer, perpindahan pemain. Salah satu klub yang paling banyak dibicarakan adalah Manchester City, Inggris.

Apa pasal? Dalam satu tahun terakhir ini, City jor-joran dalam membangun kekuatan sepakbola. Klub satu kota dengan Manchester United ini disokong oleh orang superkaya dari Dubai, Timur Tengah, Sulaiman Abdul Kareem Mohammad Al-Fahim. Dari namanya saja, kita sudah mengetahui ia adalah orang Islam.

Lebih dikenal dengan Sulaiman Al-Fahim saja, ia membeli City tahun lalu, atau tepatnya 1 September 2008. Nilai belinya? Ketika itu Al Fahim, melalui perusahaannya Abu Dhabi United Group for Development and Investment (ADUG) menggelontorkan dana sebesar 150 juta pounds (jika dikira-kira sama dengan Rp 2,8 trilyun—benar, dengan uang sebanyak itu, Anda bisa membuat beberapa buah kapal Titanic yang lain jika mau!).

Hanya beberapa jam kemudian, ia sudah membeli Robinho dari Real Madrid, Spanyol dengan harga transfer 32,5 juta pounds atau setara Rp 552 miliar. Di tengah musim, ia membeli tiga orang pemain bola yang lain Nigel De Jong, Craig Bellamy, dan Shay Given seharga 50 juta pounds atau kira-kira Rp. 837,7 miliar. Terbayang tentu, seberapa besar kekayaan yang dipunyai oleh Al-Fahim.

Sulaiman Al-Fahim lahir di Dubai, Uni Emirat Arab pada tahun 1977—jadi sekarang usianya paling tidak 32 tahun. Ketika lahir dia adalah seorang yatim piatu karena orang tua dan adiknya meninggal dalam sebuah kecelakaan dekat bandara Dubai. Ia pernah tinggal di AS untuk beberapa lama sampai ia meraih MBA dari Kogod School of Business, Washington DC.

Dia bergelut dalam bisnis properti pada usia 18 tahun, dan pada tahun 2005, perusahaan yang baru didirikannya telah menjadi satu-satunya perusahaan properti paling kaya di Timur Tengah. Dalam waktu yang singkat saja, ia menduduki peringkat ke-16 sebagai orang yang terkaya di Arab tahun ini.

Al-Fahim yang gemar menjalin hubungan dengan selebriti dunia seperti Pamela Anderson, Demi Moore dan Leonardo di Caprio ini disebut-sebut mempunyai kekayaan yang 30 kali lipat dari kekayaan yang dipunyai oleh Roman Abramovic, pemilik klub sepak bola Chelsea, yang juga gila bola. Selain di City, ia juga menjalin hubungan perkembangan sepakbola Dubai dengan klub Italia, Internazionale Milan.

Yang mengejutkan, pada 27 Mei 2009 kemarin, Al-Fahim juga membeli klub sepakbola Inggris lainnya, Porstmouth seharga 60 juta pounds atau setara dengan Rp. 986,7 milliar. Pekan lalu, satu pemain telah masuk ke CIty yaitu Gareth Barry dengan harga Rp. 18 juta pound atau Rp. 305 miliar! Sampai penutupan bursa transfer musim panas ini berakhir, yaitu 31 Agustus, diyakini Garry bukanlah pemain terakhir yang akan datang ke City of Manchester, stadion City. Saat ini, kekayaan Al-Fahim diprediksi mencapai US$1 trilyun! Silakan hitung sendiri seberapa banyak uang yang dimilikinya.

Sayangnya, uang sebesar itu telah terbukti lebih banyak dikucurkan untuk urusan kesenangan duniawi, Syeikh! (O ya, di negaranya, Al-Fahim juga digelari Syeikh). Sementara kita Muslim di Indonesia sini melihat, saudara-saudara kita di Iraq, Afghanistan, dan Palestina sekarat karena kelaparan! (sa/mrr/wkpd/bksn/tlgrph)

Tahukah Anda

Itinerario, Buku Penyebab Indonesia Dijajah Belanda 3,5 Abad

Sabtu, 11/07/2009 23:20 WIB Cetak | Kirim | RSS

Tahukah Anda bahwa karena sebuah bukulah maka bangsa Belanda bisa sampai di Nusantara dan melakukan penjajahan atas bumi yang kaya raya ini selama berabad-abad? Buku tersebut berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien, yang ditulis Jan Huygen van Linshoten di tahun 1595. Inilah kisahnya:

Jauh sebelum Eropa terbuka matanya mencari dunia baru, warga pribumi Nusantara hidup dalam kedamaian. Situasi ini berubah drastis saat orang-orang Eropa mulai berdatangan dengan dalih berdagang, namun membawa pasukan tempur lengkap dengan senjatanya. Hal yang ironis, tokoh yang menggerakkan roda sejarah dunia masuk ke dalam kubangan darah adalah dua orang Paus yang berbeda. Pertama, Paus Urbanus II, yang mengobarkan perang salib untuk merebut Yerusalem dalam Konsili Clermont tahun 1096. Dan yang kedua, Paus Alexander VI.

Perang Salib tanpa disadari telah membuka mata orang Eropa tentang peradaban yang jauh lebih unggul ketimbang mereka. Eropa mengalami pencerahan akibat bersinggungan dengan orang-orang Islam dalam Perang Salib ini. Merupakan fakta jika jauh sebelum Eropa berani melayari samudera, bangsa Arab telah dikenal dunia sebagai bangsa pedagang pemberani yang terbiasa melayari samudera luas hingga ke Nusantara. Bahkan kapur barus yang merupakan salah satu zat utama dalam ritual pembalseman para Fir’aun di Mesir pada abad sebelum Masehi, didatangkan dari satu kampung kecil bernama Barus yang berada di pesisir barat Sumatera tengah.

Dari pertemuan peradaban inilah bangsa Eropa mengetahui jika ada satu wilayah di selatan bola dunia yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, yang tidak terdapat di belahan dunia manapun. Negeri itu penuh dengan karet, lada, dan rempah-rempah lainnya, selain itu Eropa juga mencium adanya emas dan batu permata yang tersimpan di perutnya. Tanah tersebut iklimnya sangat bersahabat, dan alamnya sangat indah. Wilayah inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Nusantara. Mendengar semua kekayaan ini Eropa sangat bernafsu untuk mencari semua hal yang selama ini belum pernah didapatkannya.

Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas. Dengan adanya perjanjian ini, Paus Alexander dengan seenaknya membelah dunia di luar daratan Eropa menjadi dua kapling untuk dianeksasi. Garis demarkasi dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi. Ini memberikan Dunia Baru—kini disebut Benua Amerika—kepada Spanyol. Afrika serta India diserahkan kepada Portugis. Paus menggeser garis demarkasinya ke arah timur sejauh 1.170 kilometer dari Tanjung Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan Portugis. Jalur perampokan bangsa Eropa ke arah timur jauh menuju kepulauan Nusantara pun terbagi dua. Spanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur, keduanya akhirnya bertemu di Maluku, di Laut Banda.

Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba memperbanyak harta rampokan berjumpa tepat di satu titik maka mereka akan berkelahi, namun saat bertemu di Maluku, Portugis dan Sanyol mencoba untuk menahan diri. Pada 5 September 1494, Spanyol dan Portugal membuat perjanjian Saragossa yang menetapkan garis anti-meridian atau garis sambungan pada setengah lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan Maluku, di sekitar Guam.

Sejak itulah, Portugis dan Spanyol berhasil membawa banyak rempah-rempah dari pelayarannya. Seluruh Eropa mendengar hal tersebut dan mulai berlomba-lomba untuk juga mengirimkan armadanya ke wilayah yang baru di selatan. Ketika Eropa mengirim ekspedisi laut untuk menemukan dunia baru, pengertian antara perdagangan, peperangan, dan penyebaran agama Kristen nyaris tidak ada bedanya. Misi imperialisme Eropa ini sampai sekarang kita kenal dengan sebutan “Tiga G”: Gold, Glory, dan Gospel. Seluruh penguasa, raja-raja, para pedagang, yang ada di Eropa membahas tentang negeri selatan yang sangat kaya raya ini. Mereka berlomba-lomba mencapai Nusantara dari berbagai jalur. Sayang, saat itu belum ada sebuah peta perjalanan laut yang secara utuh dan detil memuat jalur perjalanan dari Eropa ke wilayah tersebut yang disebut Eropa sebagai Hindia Timur. Peta bangsa-bangsa Eropa baru mencapai daratan India, sedangkan daerah di sebelah timurnya masih gelap.

Dibandingkan Spanyol, Portugis lebih unggul dalam banyak hal. Pelaut-pelaut Portugis yang merupakan tokoh-tokoh pelarian Templar (dan mendirikan Knight of Christ), dengan ketat berupaya merahasiakan peta-peta terbaru mereka yang berisi jalur-jalur laut menuju Asia Tenggara. Peta-peta tersebut saat itu merupakan benda yang paling diburu oleh banyak raja dan saudagar Eropa. Namun ibarat pepatah, “Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga”, maka demikian pula dengan peta rahasia yang dipegang pelaut-pelaut Portugis. Sejumlah orang Belanda yang telah bekerja lama pada pelaut-pelaut Portugis mengetahui hal ini. Salah satu dari mereka bernama Jan Huygen van Linschoten. Pada tahun 1595 dia menerbitkan buku berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien, Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis, yang memuat berbagai peta dan deksripsi amat rinci mengenai jalur pelayaran yang dilakukan Portugis ke Hindia Timur, lengkap dengan segala permasalahannya.

Buku itu laku keras di Eropa, namun tentu saja hal ini tidak disukai Portugis. Bangsa ini menyimpan dendam pada orang-orang Belanda. Berkat van Linschoten inilah, Belanda akhirnya mengetahui banyak persoalan yang dihadapi Portugis di wilayah baru tersebut dan juga rahasia-rahasia kapal serta jalur pelayarannya. Para pengusaha dan penguasa Belanda membangun dan menyempurnakan armada kapal-kapal lautnya dengan segera, agar mereka juga bisa menjarah dunia selatan yang kaya raya, dan tidak kalah dengan kerajaan-kerajaan Eropa lainnya.

Pada tahun 1595 Belanda mengirim satu ekspedisi pertama menuju Nusantara yang disebutnya Hindia Timur. Ekspedisi ini terdiri dari empat buah kapal dengan 249 awak dipimpin Cornelis de Houtman, seorang Belanda yang telah lama bekerja pada Portugis di Lisbon. Lebih kurang satu tahun kemudian, Juni 1596, de Houtman mendarat di pelabuhan Banten yang merupakan pelabuhan utama perdagangan lada di Jawa, lalu menyusur pantai utaranya, singgah di Sedayu, Madura, dan lainnya. Kepemimpinan de Houtman sangat buruk. Dia berlaku sombong dan besikap semaunya pada orang-orang pribumi dan juga terhadap sesama pedagang Eropa. Sejumlah konflik menyebabkan dia harus kehilangan satu perahu dan banyak awaknya, sehingga ketika mendarat di Belanda pada tahun 1597, dia hanya menyisakan tiga kapal dan 89 awak. Walau demikian, tiga kapal tersebut penuh berisi rempah-rempah dan benda berharga lainnya.

Orang-orang Belanda berpikiran, jika seorang de Houtman yang tidak cakap memimpin saja bisa mendapat sebanyak itu, apalagi jika dipimpin oleh orang dan armada yang jauh lebih unggul. Kedatangan kembali tim de Houtman menimbulkan semangat yang menyala-nyala di banyak pedagang Belanda untuk mengikut jejaknya. Jejak Houtman diikuti oleh puluhan bahkan ratusan saudagar Belanda yang mengirimkan armada mereka ke Hindia Timur. Dalam tempo beberapa tahun saja, Belanda telah menjajah Hindia Timur dan hal itu berlangsung lama hingga baru merdeka pada tahun 1945. [] (Ridyasmara)

Tahukah Anda

Tahukah Anda: Muslim Pertama Menjelajah Ruang Angkasa

Jumat, 24/07/2009 11:16 WIB Cetak | Kirim | RSS
Malaysia masih disebut-sebut sebagai negara Islam pertama yang berhasil mengirim astronotnya ke luar angkasa. Pada bulan Oktober tahun 2007, seorang ahli bedah ortopedi dari Universiti Kebangsaan Malaysia bernama Muszaphar Shukor berhasil menembus atmosfir bumi bersama para astronot Rusia dalam peluncuran stasiun ruang angkasa Soyuz TMA-11. Shukor sukses menjalankan misi ruang angkasanya selama 11 hari dan kembali ke bumi pada 21 Oktober 2007, tepatnya di wilayah Kazakhstan pukul 10.43 waktu setempat.

Pendaratan Shukor kembali ke bumi disambut meriah oleh rakyat dan pejabat negara Malaysia. "Ini akan menjadi catatan dalam sejarah kita, karena untuk pertama kalinya orang Malaysia ke ruang angkasa dan kembali dengan selamat, " sambung Najib Razak seperti dilansir New Strait Times edisi Senin (22/10/2007).

Malaysia boleh bangga dengan keberhasilan program ruang angkasanya, yang lewat kerjasama dengan Rusia berhasil memberangkatkan astronotnya. Tapi Sukhor bukanlah Muslim pertama atau satu-satunya Muslim yang pernah melakukan perjalanan ke luar angkasa. Setidaknya ada Muslim yang sudah melakukan perjalanan ke luar planet bumi beberapa tahun sebelumnya.

Muslim pertama yang melakukan perjalanan ke ruang angkasa sebenarnya adalah Pangeran Sultan bin Salman AbdulAziz Al-Saud dari Arab Saudi. Pada tahun 1985, Al-Saud ikut bersama kru yang menjalankan misi ruang angkasa STS-S1G dengan menggunakan pesawat Discovery milik AS, untuk mengorbitkan satelit komunikasi ARABSAT 1-B. Dalam misi ini, Al-Saud bukan hanya menjadi Muslim pertama yang pergi ke ruang angkasa tapi juga menjadi anggota kerajaan Saudi pertama yang berhasil menjelajah ruang angkasa.

Setelah menyelesaikan misinya, Al-Saud kemudian mendirikan organisasi non-profit Asosiasi Penjelajah Ruang Angkasa, sebagai wadah berkumpulnya para astronot dan kosmonot dari seluruh dunia. Al-Saud sendiri yang menjadi direktur asosiasi itu selama beberapa tahun.

Dua tahun setelah keberangkatan Al-Saudi, tepatnya pada bulan Juli 1987, Muslim asal Suriah bernama Mohammed Faris ikut dalam misi Soyuz TM-3 ke stasiun ruang angkasa Rusia, Mir. Mohammed Faris, anggota Angkatan Udara Suriah berpangkat kolonel itu, menjalankan misi penelitian ke Mir.

Lima bulan kemudian, Musa Manarov, seorang Muslim keturunan Azerbaijan yang berpangkat kolonel di Angkatan Udara Uni Sovyet juga berangkat ke luar angkasa dalam misi Soyuz TM-4 ke stasiun ruang angkasa Mir. Manarov bersama tim Soyuz TM-4, menjadi Muslim pertama yang tinggal di ruang angkasa selama satu tahun penuh. Ia kembali ke bumi pada Desember 1988. Musa Manarov kembali melakukan penjelajahan ke luar angkasa pada Desember 1990 dalam misi Soyuz TM-11. Kali ini ia tinggal selama satu tahun tiga bulan di ruang angkasa dan melakukan lebih dari 20 jam perjalanan, menjelajah ruang angkasa.

Muslim lainnya yang juga pernah menjalankan misi ke luar angkasa adalah Abdul Ahad Mohmand asal Afghanistan. Pilot Angkatan Udara Afghanistan itu ikut dalam misi Soyuz TM-6 pada bulan Agustus 1988 sebagai kosmonot yang melakukan riset selama delapan hari di Mir. Dalam misi ini, Mohmand bahkan menjadi pahlawan penyelamat bagi kru lainnya, ketika kapsul yang akan membawanya kembali ke bumi mengalami kendala saat akan memasuki atmosfir bumi.

Kurang dari 10 tahun setelah misi Mohamd, Muslim-muslim lainnya menyusul, mengikuti berbagai misi ke ruang angkasa. Antara lain Tokhtar Aubakirov dari Kazakhstan yang ikut dalam misi Soyuz TM-13 ke Mir tahun 1991. Kemudian tahun 1994, misi Soyuz TM-19 mengikutsertakan Talgat Musabayev, seorang Muslim yang juga asal Kazakhstan.

Jika perjalanan ruang angkasa selama bertahun-tahun didominasi oleh kaum lelaki Muslim, pada bulan September 2006, muslimah AS keturunan Iran, Anousheh Ansari berhasil mendobrak rekor menjadi muslimah pertama sekaligus turis pertama dalam program perjalanan ke ruang angkasa. Ansara melakukan "wisata ruang angkasa"nya dengan menggunakan Soyuz TM-9 yang menjadi bagian dari misi Expedition 14.

Baru kemudian tahun 2007, Muszaphar Shukor dari Malaysia melakukan perjalanan ke ruang angkasa. Pemberitaan yang intens mungkin yang membuat perjalanan Shukor lebih banyak diketahui khalayak dan membuat mereka kagum bahwa ada seorang Muslim yang akhirnya bisa menjadi astronot. Padahal jauh sebelum Shukor, banyak muslim lainnya yang sudah menjelajah ruang angkasa. Kapan giliran muslim Indonesia? (ln/iol)

Tahukah Anda

Pangeran Al Walid Bin Talal, Orang Kaya No. 1 Di Tanah Arab

Selasa, 04/08/2009 15:32 WIB Cetak | Kirim | RSS

Selama 20 tahun lebih, tak ada yang bisa mengalahkan kekayaan Pangeran Al Walid bin Talal bin Abdulazis Alsaud di Timur Tengah. Ia adalah orang terkaya nomor satu di tanah Arab, dan menduduki peringkat ke-13 di seluruh dunia—menurut Forbes. Seberapa kayakah Al Walid?

Tak ada yang bisa memprediksikan dengan tepat, berapa banyak kekayaan Al Walid. Termasuk mungkin Al Walid sendiri. Orang hanya mengira-ngira jumlah antara $15 sampai $30 trilyun! Tidak usah memikirkan seberapa banyak, karena jumlah ini sungguh tak terhingga banyaknya.

Kekayaan A Walid tersebar dalam lima bidang: stok perdagangan publik, perusahaan-perusahaan besar yang dimiliki Al Walid, real estate, asset kekayaan, dan kekayaan yang bersifat tunai dan tersebar di berbagai bank di seluruh dunia.

Jika dikalkulasikan, maka perusahaan Al Walid menyumbang $7,88 trilyun, dan menjadikannya sebagai pemilik perusahaan terbesar di Arab Saudi dan Timur Tengah. Perusahaannya meliputi bidang teknologi informasi, kesehatan, entertainmen dan turisme. Cittigroup, Apple dan News Corporation adalah tiga nama besar yang dimiliki Al Walid.

Dari perusahaan-perusahaan kecilnya, Al Walid mendapatkan “recehan” sekitar $1.611 trilyun. Perusahaannya yang terkenal di sektor ini adalah Rotana, yang bergerak di bidang hiburan di Timur Tengah. 85% industri musik dan 45% industri film di bawah label Rotana.

Sedangkan dari departemen Real Estate, Al Walid mengantongi $3,196 trilyun. Al Walid saat ini memiliki Kingdom Resort. Namun ia tengah membangun Kingdom Oasis yang diperkirakan jauh lebih mewah daripada Kingdom Resort. Biaya pembangunannya saja mencapai lebih dari $4 juta dan akan siap diluncurkan akhir 2009. Di Kingdom Oasis akan ada danau dan kebun binatang pribadi.

Ia mempunyai kapal pesiar sangat mewah, pesawat Boeing 747 pribadi, dan pesawat jet Aibus A380, yang merupakan pesawat paling mewah dan paling besar di seluruh dunia. Ia memiliki 300 mobil dan salah satunya konon adalah Mercedes SL600 yang setara dengan $4,8 juta.

Pangeran Al-Waleed bin Talal bin Abdul Aziz Al lahir pada Maret 1955 dan merupakan anggota kerajaan Saudi. Ia adalah cucu dari perdana menteri Lebanon yang pertama. Saat ini ia mempunyai tiga orang istri.

Pangeran Al Walid tinggal di sebuah “rumah" yang seharga $100 juta, mempunyai 317 ruangan, berkarpet sutra, 250 unit televisi, dan pelayan yang siap menyuguhkan makanan untuk 2000 orang dalam satu jam. Di rumah itu juga terdapat kolam renang yang menyerupai danau dan sebuah bioskop bawah tanah. (sa/berbagaisumber)

Makna Sabar

Tafsir Hadits

oleh Rikza Maulan

Makna Sabar

Senin, 24/11/2008 12:39 WIB Cetak | Kirim | RSS "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)

Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)

Sekilas Tentang Hadits

Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh :
- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.
- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412.
- Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.

Makna Hadits Secara Umum

Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’ ( عجبا ). Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja.

Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking setiap mu’min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.

Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.

Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.

Urgensi Kesabaran

Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.

Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.

Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.

Makna Sabar

Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)

Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.

Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur'an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.

Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an

Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;

1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.2: 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46, 10:109, 11: 115 dsb.

2. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…"

3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. 2: 177: "…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."


4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."

5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."

6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."

Inilah diantara gambaran Al-Qur'an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang secara khusus membahas mengenai kesabaran.

Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.

Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;
1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)

2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari)

3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)

4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)

5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)

6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)

7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)


8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)

9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim)

Bentuk-Bentuk Kesabaran

Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:

1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.

Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.

2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".

3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.

Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits

Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :

1. Sabar terhadap musibah.

Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)

2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.

3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)

4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan.
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).

5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)

6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi
Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).


Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran

Ketidaksabaran (baca; isti'jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah;

1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.

2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.

3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.

4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.

5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.

7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.

Penutup

Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar mereupakan salah satu sifat dan karakter orang mu'min, yang sesungguhnya sifat ini dapat dimiliki oleh setiap insan. Karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya.

Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya.


Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc. M.Ag.

Hijrah dalam keikhlasan

Tafsir Hadits

oleh Rikza Maulan

Hijrah dalam Keikhlasan

Selasa, 30/12/2008 11:37 WIB Cetak | Kirim | RSS Hijrah yang hakiki sesungguhnya bermakna meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya

بسم الله الرحمن الرحيم

حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي السَّفَرِ وَإِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ (متفق عليه)

Dari Abdullah bin Amru bin Ash ra, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, 'Soerang muslim adalah orang yang menjadikan muslim lainnya merasa selamat dari lisan dan tangan (perbuatannya). Sedangkan muhajir (orang yang hijrah) adalah orang yang meninggalkan segala yang dilarang Allah SWT. (Muttafaqun Alaih).


Hadits ini merupakan hadits sahih yang diriwayatkan oleh hampir seluruh Imam Hadits, yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Turmudzi, Imam Abu Daud, Imam Ahmad bin Hambal, dsb. Dalam Imam-Imam kitab hadits yang enam (baca ; kutubus sittah), hanya Imam Ibnu Majah yang tidak meriwayatkan hadits ini. Dan hampir semua Imam ahli hadits sepakat akan kesahihan hadits ini.

Secara umum hadits di atas menggambarkan tentang dua hal besar; pertama karakter orang beriman, dan kedua makna hijrah. Kedua hal tersebut dirangkai dalam satu penjelasan singkat dari Rasulullah SAW melalui hadits di atas. Penjelasan pertama adalah bahwa karakter mendasar orang yang beriman (muslim), yaitu sebagai orang yang keberadaannya menetramkan orang lain. Artinya orang lain tidak merasa 'terganggu' dengan kehadirannya, baik secara lisan maupun perbuatannya. Bahkan kehadirannya selalu dinantikan dan 'dielu-elukan' oleh orang lain. Sikapnya terjaga, perilakunya terkontrol, ucapannya menyejukkan, ungkapannya menentramkan dan statementnya memajukan umat.

Sementara hal yang kedua, yaitu hakekat hijrah. Bahwa hijrah yang hakiki sesungguhnya bermakna meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Baik yang lahir (terlihat/ nyata/ rii) maupun yang batin (tidak nyata, perkara hati, ghaib). Namun untuk merealisasikan tujuan hijrah tersebut, seseorang dapat meninggalkan sebuah tempat (teritorial) menuju tempat yang lainnya jika di tempat yang awal ia tidak dapat melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT. Hijrah yang seperti ini dinamakan juga dengan hijrah makani. Sedangkan hijrah dalam arti yang lebih luas sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas, sering disebut juga dengan hijrah ma'nawi.

Dalam hijrah, komponen yang terpenting adalah 'niat'. Hal ini dapat kita lihat dari kisah muhajir Ummu Qais. Dimana terdapat seorang shahabiah yang bernama Ummu Qais, yang ingin hijrah melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dari Mekah ke Madinah. Namun pada saat yang bersamaan, terdapat seseroang yang 'menyukai' Ummu Qais ini. Dan singkat cerita berhijrahlah pula orang tadi, namun dengan harapan dan tujuan untuk mendapatkan 'cintanya' Ummu Qais.

Akhirnya Rasulullah SAW bersabda dengan sebuah hadits yang cukup masyhur, yaitu hadits tentang niat; 'Bahwasanya segala amal perbuatan tergantung niatnya. Dan bahwasanya bagi setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Barang siapa yang berhijrah karena mengharapkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya tersebut akan mendapatkan pahala keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang berhijrah karena kepentingan dunia, atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya tersebut akan mendapatkan apa yang telah diniatkannya'. (Muttfaqun Alaih)

Makna Keikhlasan

Ikhlas berasal dari bahasa Arab, yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Dari bahasa asalnya, ikhlas berasal dari kata "akhlasha", yang berarti bersih, murni dan jernih. Dari kata dasar ini, membentuk infinitifnya (masdar) menjadi "ikhlasan". Sedangkan orang yang ikhlas adalah "mukhlis":
أخلص - يخلص - إخلاصا - وهو مخلص


Adapun dari segi istilahnya, para ulama memberikan ekspresi bahasa yang beragam, sesuai dengan kecendrungan dan spesialisasi mereka masing-masing.

• Al-Imam Al-Mar'asyi umpamanya, beliau mengemukakan bahwa ikhlas adalah kesamaan amalan seorang hamba yang dilakukannya secara dzahir dan bathin.

• Imam Abu Qasim al-Qusyairi membahasakannya dengan, "memaksudkan amalan dengan mensatukan tujuan dalam ketaatannya kepada Allah SWT.

• Sedangkan Imam al-Susy, mendefinisikannya dengan, "hilangnya rasa keikhlasan dalam amalan yang dilakukannya, karena orang yang merasa terdapat keikhlasan pada keikhlasannya, maka sesungguhnya keikhlasannya itu membutuhkan keikhlasan."

• Dan seorang ulama kontemporer, yaitu Ali Abdul Halim Mahmud, mengemukakan bahwa hakekat keikhlasan adalah berlepas diri dari sesuatu selain Allah SWT, yaitu bersihnya perkataan, perbuatan, atau meninggalkan sesuatu hal dengan tujuan mencari ridha Allah dan pahala dari-Nya.

Apapun ungkapan yang mereka bahasakan dengan definisi yang mereka berikan, pada hakekatnya mereka semua memiliki kesamaan pandangan bahwa keikhlasan merupakan menfokuskan tujuan suatu amalan, hanya semata-mata untuk Allah dan kepada Allah, dengan menjauhkan diri dari tujuan-tujuan lain yang bukan kepada Allah.


Urgensi Keikhlasan

Dalam kehidupan yang dijalani oleh manusia, kiekhlasan memiliki posisi yang sangat penting. Karena tanpa keikhlasan, maka amalan seseorang diibaratkan seperti jasad yang tidak memiliki ruh lagi. Berikut adalah beberapa urgensi keikhlasan:

1. Ikhlas merupakan suatu perintah/ kewajiban dari Allah. (QS.98: 5) "Padahal mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan keikhlasan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."

2. Keikhlasan merupakan bukti dan sarana ketaqwaan seseorang.


3. Kehidupan dan kematian akan dipersembahkan kepada Allah SWT. Dan bagaimana persembahan akan diterima, jika tidak dibarengi dengan keikhlasan?

4. Keikhlasan merupakan hal yang sangat diperlukan guna menjadi hamba yang terbaik amalannya, sebagai perealisasian cobaan yang Allah berikan pada insan. (QS.67: 2) "Yang menjadikan kamu mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."


5. Ikhlas merupakan syarat pertemuan antara seorang hamba dengan Rab-nya baik di dunia maupun di akhirat. (QS.18 : 110) "Dan barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan jenganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya."

Ikhlas dan Riya'

Ketika mengkaji tentang keikhlasan, muncullah sebuah persepsi pentingnya menghindarkan amalan dari riya. Karena riya merupakan lawan kata dari ikhlas. Dan riya ini pulalah yang dapat menghancurkan keikhlasan seorang hamba yang telah sekian lama diusahakannya. Memahami riya meruapakan hal yang cukup urgen, guna membantu dalam peningkatan keikhlasan.

Berbeda dengan ikhlas, maka riya adalah memaksudkan amalan yang dilakukan seseorang guna mendapatkan keridhoan manusia, baik berupa pujian, ketenaran, atau sesuatu yang diinginkannya selain Allah SWT. Dr. Sayid Muhammad Nuh, menggambarkan adanya tiga sebab yang memotori timbulnya riya: Pertama karena ingin mendapatkan pujian dan nama baik di masyarakat. Kedua, kekhawatiran mendapat celaan manusia, dan ketiga, menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain (tamak). Ketiga hal ini didasari dari hadits, yang diriwayatkan Imam Bukhari:

عَنْ أَبِيْ مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ أَعْرَابِيًّا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهٌ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، الرَّجُلُ يُقَاتِلُ حَمِيَّةً، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُرَى مَكَانُهُ، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلذِّكْرِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةَ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ

"Dari Abu Musa al-Asyari ra, mengatakan bahwa seorang Badui bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah SAW, seseorang berperang karena kekesatriaaan, seseorang berperang supaya posisinya dilihat oleh orang, dan seseorang berperang karena ingin mendapatkan pujian? Rasulullah SAW menjawab "Barang siapa yang berperang karena ingin menegakkan kalimatullah, maka dia fi sabilillah." (HR. Bukhari)

Kemudian, hadits riwayat An-Nasai:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ غَزَا لاَ يَبْغِيَ إِلاَّ عِقَالاً فَلَهُ مَا نَوَى

"Barang siapa yang berperang hanya kerena kekang hewan, maka ia hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya." (HR. Nasa'i)

Ungkapan dalam hadits pertama, tentang seseorang yang berperang supaya posisinya dilihat orang dan seseorang yang berperang supaya mendapatkan pujian, adalah sebagai indikasi penyebab riya yang pertama, yaitu ingin mendapatkan pujian dan nama baik di masyarakat. Kemudian ungkapan dalam hadits tentang seseorang yang berperang karena kekesatriaan, adalah indikasi dari penyebab yang kedua, yaitu kekhwatiran mendapatkan celaan manusia. Adapun dalam hadits yang kedua, adalah indikasi dari penyebab yang terakhir, yaitu menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain. Meninggalkan ketiga hal di atas adalah merupakan salah satu upaya guna menghadirkan keikhlasan dalam beramal, sekaligus menghindari dir dari sifat riya.

Riya Adalah Syirik Kecil

Riya' adalah syirik kecil; demikianlah ungkapan yang dikemukakan Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، قَالُوْا وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ الرِّيَاءُ، يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِيْ تُرَاءُوْنَ فِي الدُّنْيَا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمُ الْجَزَاءَ (رواه أحمد)

"Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah SAW?", Beliau menjawab, "Riya.! Dan Allah akan berkata pada hari kiamat, terhadap mereka-meeka yang riya, 'pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu di dunia kalian rya'i, apakah kalian mendapatkan ganjaran dari mereka?" (HR. Ahmad)

Meskipun kecil, riya tetaplah bagian dari syirik yang harus disingkirkan jauh-jauh dari hati kaum mu'minin. Sesuatu yang kecil, bila dibiarkan tumbuh berkembang, maka lambat laun akan menjadi besar. Dan alangkah meruginya, jika sesuatu yang negatif yang demikian besarnya, ternyata bercokol di dalam hati orang mu'min. Sedangkan syirik merupakan dosa yang tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Ciri-ciri Riya' dan Ikhlas

Terdapat sebuah ungkapan yang dikemukakan oleh seorang sahabat Rasulullah SAW yang sangat zuhud kehidupannya, beliau juga termasuk salah seorang dari empat khulafa' rasydin, yang juga mendapatkan berita gembira untuk masuk dalam surga Allah kelak. Beliau adalah Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib mengemukakan, tentang ciri-ciri riya' yang terdapat dalam jiwa seseorang:

قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ، لِلْمُرَائِيْ عَلاَمَاتٌ، يَكْسُلُ إِذَا كَانَ وَحْدَهُ، وَيَنْشَطُ إِذَا كَانَ فِي النَّاسِ، وَيَزِيْدُ فِي الْعَمَلِ إِذَا أُثْنَى، وَيَنْقُصُ إِذَا ذُمَّ

"Orang yang riya, terdapat beberapa ciri, (1) malas, jika seorang diri, (2) giat jika di tengah-tengah orang banyak, (3) bertambah semangat beramal jika mendapatkan pujian, (4) berkurang frekwensi amalnya jika mendapatkan celaan."

Sedangkan orang yang ikhlas adalah kebalikan dari hal tersebut diatas. Adapun ciri-cirinya, diantaranya adalah;

1. Istiqamah/ istimrar dalam beribadah, baik ketika mendapatkan pujian ataupun ketika mendapatkan celaan atas perbuatannya tersebut.

2. Membenci atau menghindari diri dari popularitas. Karena amalnya semata-mata hanya karena ingin mendapatkan keridhaan Allah SWT.


3. Menyembunyikan amalan, dalam arti tidak menyengaja dalam mengerjakan suatu amalan agar dilihat orang lain.

4. Su'udzon terhadap diri sendiri, hingga tidak membanggakan amal pribadi. Artinya dirinya senantiasa merasa kurang sempurna dalam beramal. Sehingga ia selalu memperbaiki dengan amalan yang lebih baik lagi.

Assidqu fil Ikhlas

Pada intinya, keikhlasan menginginkan bagaimana seorang hamba mampu memberikan porsi ketawazunan (baca; keseimbangan) dalam amalannya antara yang dzahir dan bathin. Karena yang diinginkan dari ikhlas adalah adanya kesamaan dalam kedua amalan ini, baik yang dzhir (amalan yang terlihat oleh orang lain), maupun yang bathin (yang hanya diketahui sendiri oleh dirinya). Jika amalan dzahirnya melebihi amalan bathinnya, berarti terdapat indikasi keriyaan. Contoh amalan yang dilakukan secara bathin adalah senantiasa hati seseorang "basah" dengan dzikir kepada Allah, dimanapun dan kapanpun dia berada. Demikian juga dalam kesendirian-kesendiriannya, ia justru memperbanyak dzikir dan melakukan aktivitas ibadah, bukan malah merupakan kesempatan untuk berlaku maksiat.

Jika seseorang telah mampu menyeimbangkan antara kedua hal di atas, ini berarti telah terdapat indikasi keikhlasan dalam dirinya. Apalagi jika seseorang yang memiliki amalan bathin, jauh lebih banyak dan lebih besar frekwensinya daripada amalan dzahirnya, maka ia telah mencapai assidqu fil ikhlas (keikhlasan yang sebenar-benarnya).

Cara Menghadirkan Keikhlasan dan Menghindari Riya'

Para ulama berupaya memberikan berbagai jalan guna menemukan kiat-kiat agar terhindar dari keriyaan serta mampu menghadirkan keikhlasan dalam jiwa. Diantara cara yang mereka tawarkan adalah:

1. Menghadirkan sikap muraqabatullah, yaitu sikap yang menghayati bahwa Allah senantiasa mengetahui segala gerak-gerik kita hingga yang sekecil-kecilnya, bahkan yang tergores dan terlintas dalam hati sekalipun yang tidak pernah diketahui oleh siapapun. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengungkapkan, "..dan sempurnakanlah amal, karena Sang Pengawas (Allah) Maha Melihat.,

وَأَتْقِنِ الْعَمَلَ فَإِنَّ النَّاقِدَ بَصِيْرٌ

2. Seseorang perlu menyadari dan meyakini, bahwa dengan riya, seluruh amalannya akan tidak memiliki arti sama sekali. Amalannya akan hilang sia-sia dan akan musnah. Serta dirinya tidak akan pernah mendapatkan apapun dari usahanya sendiri.

3. Dirinya pun perlu menyadari, bahwa lambat launpun manusia akan mengetahui apa yang terdapat di balik amalan-amalan baik yang dilakukannya, baik di dunia apalagi di akhirat kelak.


4. Dirinya juga perlu meyadari pula bahwa dengan riya, seseorang dapat diharamkan dari surga Allah. Dalam hadits digambarkan, bahwa Rasulullah SAW menangis, karena takut umatnya berbuat riya'. Kemudian beliau berkata, "Barang siapa yang belajar ilmu pengetahuan bukan kerena mencari keridhoan Allah tapi karena keinginan duniawi, maka dia tidak akan mencium baunya surga."

5. Banyak berdzikir kapada Allah SWT, terutama manakala sedang menjalankan suatu amalan, yang tiba-tiba muncul pula niatan riya. Hal ini sebaiknya segera diterapi dengan dzikir.

Inilah sekelumit hal mengenai keikhlasan, yang patut dihadirkan dan dijaga dalam diri tiap insan. Keikhlasan bukan hanya monopoli mereka-mereka yang pakar dalam ilmu keagamaan, atau mereka-mereka yang berkecimpung dalam keilmuan syar'iyah. Namun keikhlasan adalah potensi setiap insan dalam melakukan amalan ibadah kepada Allah. Bahkan tidak sedikit mereka-mereka yang dianggap biasa-biasa saja, ternyata memiliki keluarbiasaan dalam keimanannya kepada Allah.

Jika demikian halnya, marilah memulai dari diri pribadi masing-masing, untuk menghadirkan keikhlasan, meningkatkan kualitasnya dan menjaganya hingga ajal kelak menjemput kita.

Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag.