Senin, 24 Agustus 2009

PUASA

URGENSI puasa dalam tazkiyatun-nafs menduduki derajat ketiga (setelah shalat dan zakat), karena di antara syahwat besar yang bisa membuat manusia menyimpang adalah syahwat perut dan kemaluan. sedangkan puasa ,erupakan pembiasan terhadap jiwa untuk mengendalikan kedua syahwat tersebut. oleh sebab itu, puasa merupakan faktor penting dalam tazkiyatun nafs. jika kesabaran termasuk kedudukan jiwa yang tertinggi maka puasa merupakan pembiasan jiwa untuk bersabar. oleh sebab itu disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah, hadits Hasan :
"Puasa adalah separuh kesabaran"
Allah telah menjadikan puasa sebagai sarana untuk mencapai derajat taqwa, Firmannya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kamu sebagaimana diwajibkan atas orangorang sebelum kamu, agar supaya kamu bertaqwa"(al-Baqarah : 183)

Taqwa adalah tuntutan Allah kepada para hamba. Taqwa sama dengan tazkiyatun-nafs.
Firman Allah :
"Dan Jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu(jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (asy-Syams ; 7-10)

Puasa ada yang sunnah dan ada pula yang wajib. Hukum-hukumnya sudah diketahui oleh orang yang hidup dalam lingkungan islam. dalam hal ini dapat dijelaskan menurut al-Ghazali

Rahasia Puasa dan syarat-syarat batinya
Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan:
1.Puasa orang awam : menahan perut dan kemaluan dari memperturutkan syahwat
2.Puasa orang khusus : menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan semua anggota badan dari berbagai dosa.
3.Puasa orang super khusus : puasa hati dari berbagai keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga , juga menahan hati dari selain Allah secara total dan puasa ini menjadi batal "karena pikiran tentang selain Allah dan hari akhir" dan fikiran tentang dunia kecuali dunia yang dimaksud untuk agama karena dunia yang dimaksudkan untuk agama tersebut sudah termasuk bekal akhirat dan tidak lagi dikatakan sebagai dunia. ini tingkatan para Nabi, Rasul, Shiddiqin dan Muqarrabin. pada konsepnya konsenrasi penuh kepada Allah dan berpaling dari selain-Nya. SEmakna dengan firman Allah : "katakanlah "Allah",kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.(al-An'am :91)

dan diperjelas kembali mengenai puasa bagi Puasa orang khusus dan akan dipandang atas kesemprnaannya berdasar kepada enam perkara :

Pertama :
Menundukan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang kesetiap hal yang dicela dan dibenci, kesetiap hal yang bisa menyibukan hati dari mengingat Allah 'azza wajalla,
Nabi saw bersabda :
"Pandangan adalah salah satu anak panah beracun di antara anak panah iblis---semoga Allah melaknatinya. Barang siapa meninggalkannya karena takut kepada Allah maka ia telah diberi Allah keimanan yang mendapatkan kelezatannya di dalam hatinya.(diriwayatkan oleh Al-hakim dan ia men-shahih-kan sanad-nya)

kedua :
Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, perkataan kasar, pertengkaran, dan perdebatan, mengendalikanya dengan diam, menyibbukannya dengan dzikirullah dan tilawah al-quran.
Sufyan berkata : Ghibah dapat merusak puasa. basyar bin al-harits meriwayatkannya darinya.Laits meriwayatkan dari mujahid. Dua hal dapat merusak puasa. Ghibah dan dusta
Nabi saw bersabda :
"sesungguhnya puasa itu tidak lain adalah perisai ; apabila ssalah seorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh;dan jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah iamengatakan sesungguhnya aku berpuasa (diriwayatkan ole Bukhari dan Muslim)

ketiga :
Menahan pendengaran dari mendengarkan setiap hal yang dibenci(makruh) karena setiap yang diharamkan perkataannya diharamkan pula mendengarnya. oleh sebab itu Allah menyamakan antara orang yang mendengarkan dan orang memakan barang yang haram,
firmannya :
"mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram" (al-Ma'idah : 42)

firmannya lagi :"Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memkan yang haram?"(al-Ma'idah :63)

Jadi mendiamkan ghibah adalah haram.
Firman Allah :"karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian)tentulah kamu serupa dengan mereka (an-Nisa : 140)
keempat :
Menahan berbagai anggota badan lainnya dari berbagai dosa, seperti menahan tangan dan kaki dari hal-hal yang dibenci, menahan perut dari berbagai syuhbat pada waktu tidak puasa. Tidak ada artinya berpuasa, yaitu menahan makanan yag halal, kemudian berbuka dengan barang yang haram. Orang berpuasa seperti ini laksana orang yang membangun istana tetapi ia menghancurkan negeri, karena makanan yang halal itu hanya berbahaya lantaran dikonsumsi terlalu banyak bukan lantaran jenisnya, sementara puasa hanya untuk menguranginya. Orang yang berhenti mengkoinsumsi obat karena takut bahayanya, bila ia beralih meminum racun maka ia adalah orang bodoh. Barang yang haram adalah racun yang menghancurkan agama, sedangkan barang yang halal adalah obat yang bermanfaat bila dikonsumsi sedikit tetapi berbahaya bila terlalu banyak. Tujuan puasa ialah : mengurangi makanan yang halal tersebut. Nabi saw bersabda :"Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan puasanya itu kecuali lapar dan dahaga"(Diriwayatkan oleh Nasa'i dan Ibnu Majah)

Dikatakan : Ia adalah orang yang berbuka puasa dengan makanan yang haram, dikatakan juga : Ia adalah orang yang menahan diri dari makanan yang halal tetapi berbuka dengan"memakan dengan daging manusia" yakni dengan ghibah yang notabene haram. Dikatakan : Ia adalah orang yang tidak menjaga anggota badannya dari berbagai dosa.

kelima :
Tidak memperbanyak makannan yang halal pada saat berbuka puasa sampai penuh perutnya. Karena tidak ada wadah yang paling dibenci oleh Allah selain perut yang penuh dengan makan halal. Bagaimana puasanya bisa bermanfaat untuk menundukan musuh Allah dan mengalahkan syahwat jika orang yang berpuasa itu pada saat berbuka melahap berbagai macam makanan untuk untuk mengganti berbagai yang tidak boleh dimakannya disiang hari? bahkan telah menjadi tradisi, berbagai makanan disimpan dan dikumpulkan untuk dimakan pada bulan Ramadhan padahal makan itu cukup untuk dimakan beberapa bulan di luar Ramadhan.

SEperti diketahui bahwa tujuan puasa ialah Pengosongan dan menundukan hawa nafsu untuk memperkuat jiwa mencapai taqwa. Bila perut didorong dari pagi hingga sore sampai syahwatnya bangkit dan seleranya menjadi kuat kemudian (di saat berbubka) dipenuhi dengan berbagai makanan yang lezat hingga kenyang maka bertambahlah kelezatan dan kekuatannya hingga bangkitlah syahwatnya yang seharusnya terendam seandainya dibiarkan apa adanya. Esensi dan rahasia puasa ialah melemahkan berbagai kekuatan yang menjadi sarana syetan untuk kembali kepada keburukan.Tetapi hal itu tidak akan tercapai kecnuali dengan pengurangan makanan yakni memakan makanannya yang bisas dimakan setiap malam waktu tidak puasa, bahkan diantara adabnya ialah tidak memperbanyak tidur siang agar merasakan lapar dan dahaga dan merasakan lemahnya kekuatan sehingga hatinya menjadi jernih, kemudian berusaha agar setiap malam bisa melakukan tahajjud dan membaca wiridnya, karena bisa jadi syetan tidak mengitari hatinya sehingga bisa melihat berbagai kegaiban langit. Lailatul qadar adalah malam tersingkapnya sesuatu dari alam ghaib yang dimaksudkan oleh Firman Allah : "Sesungguhnya kami menurunkannya pada malam kemulian"(al-Qadar : 1) barang siapa yang meletakan keranjang makanan di antara hati dan dadanya maka ia akan terhalangi dari malam kemulian tersebut. Dan barangsiapa mengosongkan perutnya sama sekali maka hal itu tidak akan cukup untuk mengangkat hijab selagi keinginannya tidak terbebas daari selain Allah. Itulah inti segala permasalahannya. SEdangkan prinsip semua itu adalah mempersedikit makanan.
keenam :
Hendaknya setelah iftihar hatinya"tergantung"dan"terguncang"antara cemas dan harap, sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima sehingga termasuk golongan Muqarrabin atau ditolak sehingga termasuk orang-orang yang dimurkai? Hendaklah hatinya dala keadaan demikian di akhir setiap ibadah yang baru saja dilaksanakan. Diriwayatkan dari al-Hasan bin Abul Hasan al-Bashri bahwa ia melewati suatu kaum yang tengah tertawa, lalu ia berkata : sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena perlombaan melakukan ketaatan bagi mahluk-Nya, kemudian ada orang-orang yang berlomba hingga menang dan ada pula orang-orang yang tertinggal lalu kecewa. Tetapi yang sangat mengherankan ialah pemain tertawa-tawa di saat orang-orang berpacu meraih kemenangan.
Abu DArda' berkata : Duhai indah tidurnya orang-orang cerdas dan tidak puasanya mereka, bagaimana mereka tidak mencela puasa orang-orang bodoh dan begadangnya mereka! sungguh satu butir dari kebaikan dari orang yang yakin dan bertaqwa lebih utama dan lebih kuat ketimbang segunung ibadah dari orang-orang yang tertipu. Oleh sebab itu, sebagian ulama"berkata" Berapa banyak orang yang berpuasa sesungguhnya dia tidak berpuasa dan berapa banyak orang yang tidak berpuasa tetapi sesungguhnya ia berpuasa. Nabi saw bersabda:
"Puasa adalah amanah maka hendaklah salah seorang di antara kamu menjaga amanahnya (Diriwayatkan oleh al-Khara'ithi dan sanadnya hasan)

diambil dari "Konsep Tazkiyatun-nafs oleh Sa'id Hawa

















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar